Selasa, 12 November 2013

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran yang bertolak dari peristiwa-peristiwa yang sifatnya khusus menuju pernyataan atau simpulan umum.
Penalaran induktif meliputi:

Contoh penalaran induktif adalah :
Manusia bernafas. Hewan Bernafas. Semua Makhluk Hidup Bernafas
penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.


Penalaran Induktif Terbagi menjadi Tiga yaitu :

A. Generalisasi

Pada generalisasi tersebut,peristiwa yang kita kemukakan harus memadai agar yang kita tarik adalah kesimpulan yang terpercaya suatu kebenarannya.
Generalisasi adalah proses berpikir yang bertujuan menarik kesimpluan umum dari berbagai kalimat khusus. Jenis-jenis penalaran induktif adalah
Contoh:
Hasnan adalah seorang muslim yang wajib mempercayai kitab suci Al-quran
Reza adalah seorang muslim yang wajib mempercayai kitab suci Al-quran
Generalisasi : semua orang muslim wajib mempercayai kitab suci Al-quran

Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta.Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

1.Generalisasi Sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki semua,
Contoh:
-Semua manusia mengeluarkan karbon dioksida .

2.Generalisasi tidak sempurna adalah merupakan generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
-setelah di selidiki setengah dari penduduk DKI Jakarta merupakan pendatang dari luar daerah .


Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. 

1. Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.

Contoh : Hasnan pergi ke kampusnya dengan menggunakan Kereta Api.Yulita pergi ke kampusnya dengan menggunakan mikrolet, Nurul pergi ke kampusnya dengan menggunakan Busway. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Gunadarma pergi ke kampus denganmenggunakan transportasi umum.


2. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.

Contoh :  Budi cinta Maya. Joko cinta Maya. Haryo cinta Maya. Jadi dapat disimpulkan ke tiga anak tersebut mencintai Maya

B. Analogi
Dalam analogi, kita membandingkan dua macam hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa memperhatikan perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara dua hal yang berbeda.
proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.

Tujuan dari penalaran secara analogi yakni ;
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.

Contoh : Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.

C. Kausal

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling  berhubungan.
Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya.ampai pada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu.atau dpat juga kita sampai pada akibat dari fakta itu.Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:

1) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.

2) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.

3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.

Contoh:
Sebab-Akibat
Malam ini budi bergadang untukmenyaksikan Sepak Bola kesayangannya, Tidak Heran budi kesiangan ketika bangun.


Akibat-Sebab
Malam ini sejumlah pemukiman kumuh di Cempaka Putih ludes terbakar,sebab ada salah seorang warga yang menyalakan lilin di atas tempat tidur.


Akibat-Akibat

Nilai Budi menurun di karenakan semangat Belajarnya turun, Tak heran Ibunya memarahinya.




Selasa, 05 November 2013

KARYA ILMIAH
PENGENDALIAN INTERNAL DAN RESIKO KENDALI
 (Disusun oleh : Hasnan Mahardhika)

  Kata Pengantar 

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahannya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul ” PENGENDALIAN INTERNAL DAN RESIKO KENDALI “

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat yang lebih untuk di terapkan ke dalam kegiatan perkuliahaan khususnya bagi pembaca dan teman-teman Mahasiswa Lainnya. penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih. 



Bekasi, November 2013


 BAB I
 PENDAHULUAN 

 A. Latar Belakang 

Pengendalian internal tidak pernah dapat dianggap sepenuhnya efektif, dengan mengabaikan perhatian yang diikuti dalam rancangan dan implementasi mereka. Bahkan bila karyawan sistem bisa merancang sebuah sistem yang ideal, efektivitas bergantung pada kompetensi dan keandalan orang yang menggunakannnya. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah prosedur untuk menghitung secara terpisah. Bila tidak satupun dari karyawan tersebut memahami instruksi atau bila keduanya ceroboh dalam melakukan perhitungan, hitungan persediaan pasti aan salah. Bahkan bila hitungan itu benar, manajemen bisa mengesampingkan prosedur itu dan menginstruksikan karyawan untuk menaikanhitungan jumlah untuk memperbaiki pendapatan yang dilaporkan Untuk secera efektif menilai pengendalian internal untuk kepentingan mengurangi bukti audit yang direncanakan, auditor perlu memahami pengendalian internal kunci dan konsep risiko kendali. Maka, penulis memilih tema “ Pengendalian Internal Dan Resiko Kendali” Sebagai tugas karya ilmiah

B. Perumusan Masalah 

1. Apa yang menjadi Tanggung Jawab Manajemen ?
2. Bagaimana Jaminan yang Wajar ? 
3. Apa Kendali atas Kelas-kelas Transaksi ? 
4. Apa sajakah Pengendalian yang berhubungan dengan keandalan pelaporan keuangan ? 

C. Tujuan Penulisan 

Tujuan dari Penilitian ini adalah untuk mengetahui serta mengungkap bagaimana pengendalian internal yang baik serta mencegahnya lebih banyak deflkasi daripada yang di temukan auditor yang baik 

D. Manfaat Penelitian
1. Penulis Karna dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui pengendalian internal dan resiko kendali yang baik seta konsep utamanya dalam pegendalian manajemen
2. Pembaca Pembaca juga dapat mengetahui tentang tanggung jawab manajemen lebih lagi tentang bagaimana jaminan yang wajar, pembatasan inheren serta keandalan pelaporan keuangan intern

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN METODE PENELITIAN
A.    Kajian Pustaka

1.      Auditing
Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah di tetapkan

2.      Pengendalian Internal
Proses yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian dari sasaran manajemen dalam kategori berikut
(1) keandalan pelaporan keuangan
(2) efektivitas dan efeisiensi dari operasional
(3) pemenuhan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang bisa di terapkan

3.      Aktivitas Pengendalian
kebijakan dan memriksa prosedur, sebagai tambahan terhadapyang termasuk dalam empat komponen lain dari pengendalian internal, yang membantu memastikan bahwa tindakan yag perlu di ambil untuk menunjukan risiko dalam pencapaian sasaran hasil entitas : biasanya mereka meliputi lima aktivitas pengendalian spesifik berikut :
(1)  pemisahaan kewajiban yang memadai
(2)  otoritas yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
(3)  arsip dan dokumen yang cukup
(4)  pengendalian fisik atas aset dan arsip
(5)  pemeriksaan independen atas penampilan / prestasi .


4.      Penilaian risiko pengendalian
sebuah ukuran dari harapan auditor bahwa pengendalian internal tidak akan mencegah salah saji meterial terjadi maupun mendeteksi dan mengkoreksi mereka jika mereka sudah terjadi; risiko pengendalian dinilai untuk masing-masing sasaran audit yang terkait dengan transaksi dalam sebuah siklus atau kelas transaksi

5.      Kondisi yang bisa di laporkan
defisiensi penting dalam rancangan atau operasional pengendalian internal

6.      Kelemahaan pengendalian internal
ketidakhadiran pengendalian internal yang memadai; suatu kelemahan pengendalian internal meningkat aspek apapun dari bisnis iklan

7.      Rangkaian daftar pertanyaan pengendalian Internal
Rangkaian pertanyaan tentang pengendaliaan pada setiap area audit yang digunakan sebagai cara menunjukan aspek-aspek pengendalian internal kepada auditor yang mungkin tidak memadai

8.      Pengawasan
Penilaian periodik dan berkelanjutan dari management atas mutu prestasi pengendalian internal untuk menentukan bahwa pengendalian itu beroperasi seperti yang diharapkan dan diodifikasi ketika di perlukan

9.      Prosedur untuk memperoleh pemahaman
prosedur yang digunakan oleh auditor untuk mengumpulkan bukti tentang rancangan dan penempatan pengendalian yang relevan


B.      Metode Penelitian

Pada dasarnya penulis dalam membuat karya ilmiah ini  mengunakan metode studi pustaka. Penulis Membahas serta mempelajari referensi yang sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas. Penulis juga mengunakan metode penelitian, yakni  penulis langsung terjun ke lokasi untuk mengetahui secara dalam tentang pengendalian internal dan resiko kendali pada audit .




BAB III
PEMBAHASAN


Suautu sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang  dirancang untuk memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan prosedur ini sering di sebut pengendalian, dan secara kolektif mereka meringkas pengendalian internal entitas itu. Suatu pemahaman dari pengendalian internal, terutama pengendalian yang dihubungkan dengan keandalan dari pelaporan keuangan adalah penting bagi tujuan auditor

A.    Tanggung Jawab Manajemen
Manajemen, bukan auditor, harus menetapkan dan memeliahara pengendalian entitas itu. Konsep ini adalah konsisten dengan persyaratan bahwa manajemen, bukan auditor, yang bertanggung jawab atas persiapan dari laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP.

B.     Jaminan yang Wajar
Suatu perusahaan perlu mengenbangkan pengnedalian internal yang meberikan jaminan wajar tetapi tidak absolut bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar. Pengenalian internal dikembangkan oleh manajemen setelah mempertimbangkan baik biaya dan keuntungan dari pengendalian itu. Manajemen seringkalai enggan menerapkan suatu sistem yang ideal sebab biaya-biayanya mungkin terlalu tinggi. Sebagai contoh, tidaklah beraasan untuk mengharapkan manajemen suatu perusahaan kecil untuk mepekerjakan beberapa karyawan akunting tambahan untuk membuat perbaikan kecil dalam keandalan data akuntansi. Seringkali lebih murah untuk membuat auditor melakukan audit yang lebih ekstensif di banding untik membuat biaya-biaya pengendalian internal yang lebih tinggi .
C.     Pembatasan Inheren
Pengendalian internal tidak pernah dapat dianggap sepenuhnya efektif, dengan mengabaikan perhatian yang diikuti dalam rancangan dan implementasi mereka. Bahkan bila karywan sistem bisa merancang sebuah sistem yang ideal, efektevitasnya bergantung pada kompetensi dan keandalan orang yang menggunakannya. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah prosedur untukmenghitung persediaan dengan teliti dikembangkan dan memerlukan dua karyawan untuk menghitung secara terpisah.

D.    Keandalan Pelaporan Keuangan
Manajemen bertanggung jawab atas menyiapkan laporan keuangan untuk investor, kreditur, dan para pemakai lainnya. Manajemen mempunyai tanggung jawab baik hukum dan profesional untuk yakin bahwa informasi tersebut disiapkan secara wajar menurut sistem pelaporan seperti GAAP.

E.     Kendali atas kelas-kelas transaksi
Penekanan utama auditor adalah pada pengendalian internal atas kelas-kelas transaksi bukannya pada saldo akun. Alasannya adalah bahwa akurasi dari keluaran sistem akuntansi(saldo akun) sangatlah bergantung pada akurasi masukan dan pemrosesan (transaksi). Sebagai contoh, jika produk dijual, unit dikirimkan, atau harga penjualan unit adalah salah menagih pelanggan akan penjualan, baik penjualan dan piutang dagang, retur penjualan dan cadangan, dan pembebasan itu benar, saldo akhir dalam piutangdagang tentunya akan benar. Ketika memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian internal dan menilai resiko kendali, auditor terutama memperhatikan sasaran hasil audit yang terkait dengan transaksi.

F.      Lingkungan Kendali
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak, para direktur dan pemilik dari suatu entitas mengenai pengendalian internal dan arti pentingnya bagi entitas itu .

G.    Integritas dan nilai-nilai etis
Integras dan nilai-nilai etis adalah produk dari standar tingkah laku dan etis suatu entitas dan bagaimana mereka mengkomunikasikan dan deperkuat dalam praktek.

H.    Komitmen untuk kompetisi
Kompetisi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang mendefinisikan pekerjaan individual. Komitmen untuk kompetisi meliputi pertimbangan manajemen akan tingkat kompetensi untuk pekerjaan khusus dan bagaimana tingkat tersebut diterjemahkan ke dalam keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.

I.       Partisipasi Dewan Direksi atau Komite Audit
Dewan direksi yang efektif adalah tidak terikat pada manajemen dan anggotanya dilibatkan dalam dan meneliti aktivitas manajemen. Dewan mendelegasikan tanggung jawab untuk pengendalian internal kepada manjemen dan di bebankan untuk menyediakan penilaian independen secara teratur dari pengendalian internal yang dibuat manajemen

BAB IV
KESIMPULAN

Jadi pengendalian internal meliputi lima kategori pengendalian yang dirancang dan implementasikan oleh menajemen untuk memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan terpenuhi. Ini disebut komponen dari pengendalian internal adalah lingkungan kendali, penilaian resiko, aktivitas pengedalian, informasi dan komunikasi dan pengawasan. Tanpa suatu lingkungan kendali yang efektif, kelima komponen lainnya tidak mungkin menghasilkan pengendalian internal yang efektif. Intisari dari organisasi yang terkontrol secera efektif berada pada sikap manajemen. Jika manajemen puncak percaya bahwa kendali adalah penting, orang-orang lain dalam organisasi itu akan merasakannnya dan merespon dengan teliti mengamati kendali itu dibuat.